top of page

Dua Jagat Urusan Perempuan

Diperbarui: 18 Sep 2021


Ketidaksetaraan gender dalam dunia kerja. Isu global, masih sering kita jumpai dalam setiap lapisan masyarakat di negara maju maupun berkembang. Meskipun terjadi kemajuan yang sangat berarti dalam beberapa dekade ini, namun hal-hal seperti rendahnya nilai penghasilan dan kesempatan kerja, dan juga kasus-kasus pelecehan masih sering menyertai keseharian para pekerja wanita di seluruh dunia. Hal ini mungkin diakibatkan karena di banyak budaya, ide dasar tentang peran wanita di dalam masyarakat ditetapkan berdasarkan keterampilan khusus atau area kerja tertentu saja (seperti urusan dapur atau rumah tangga), dan mayoritas pekerjaan tersebut dilakukan tanpa adanya imbalan finansial tertentu.


Hal-hal seperti merawat anak-anak atau anggota keluarga yang lebih tua, menyiapkan makanan, mengelola dan merawat rumah tangga atau tugas lain yang tak terhingga jumlahnya, membuat peran utama wanita yang tidak berbayar atau “tidak produktif” ini mau tidak mau mengurangi waktu dan ketersediaan sumber daya mereka atas pekerjaan lain yang memberikan penghasilan secara finansial, khususnya pekerjaan di sektor formal.


Sementara di banyak negara Barat, hak-hak pekerja khusus perempuan seperti cuti hamil berperan dalam membatasi pengembangan karir perempuan, namun di negara-negara berkembang efeknya bisa jauh lebih signifikan. Diperparah lagi oleh kurangnya dukungan negara untuk ibu yang bekerja, tiadanya fasilitas penitipan anak yang memadai, dan budaya diskriminasi gender, banyak perempuan menemukan diri mereka dikecualikan dari partisipasi yang adil dan setara di pasar tenaga kerja.


Seperti yang sering terjadi, mereka yang paling tidak beruntung secara ekonomi adalah yang biasanya mengalami pengucilan gender yang paling signifikan. Hampir seluruh energi harus mereka curahkan untuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Mungkin karena alasan inilah, di atas segalanya, sektor informal menghadirkan alternatif yang berharga bagi jutaan perempuan yang rentan.


Dengan hambatan masuk yang rendah, fleksibilitas yang tinggi dan keamanan pekerjaan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan sektor formal, bagi banyak perempuan pekerjaan informal atau berbasis rumahan merupakan sumber vital penghasilan tambahan mereka. Meskipun dibayang-bayangi ketidakpastian, tetapi kesempatan pekerjaan di sektor informal tetap memainkan peran penting dalam kehidupan jutaan keluarga, khususnya di negara-negara berkembang. Selain membantu penghasilan kepala keluarga (bapak), yang banyak di antaranya juga kemungkinan bekerja di sektor informal, peluang pekerjaan sektor informal menjanjikan tingkat kemandirian finansial tertentu bagi perempuan yang sebelumnya bergantung penuh pada penghasilan suaminya. Ini memungkinkan mereka untuk membuat keputusan penting tentang alokasi dana harian untuk penggunaan rumah tangga berdasarkan pengalaman dan keahlian mereka dalam 'ekonomi reproduksi' yang tidak dibayar. '


Yang paling penting lagi adalah, sektor informal memberdayakan wanita-wanita untuk tetap mengutamakan peran mereka sebagai pemberi pengasuh selagi mempertahankan ekonomi vital rumah tangga. Wanita-wanita ini seringnya bekerja di rumah mereka sendiri atau di area sekitarnya, apakah itu secara mandiri atau menjadi bagian dari rantai pasokan yang lebih besar, bahkan mungkin bekerja dengan wanita-wanita lain di lingkungan komunitas mereka. Pekerjaan semacam ini meyakinkan mereka tetap bisa mengurus rumah tangga atau isu-isu keluarga yang mungkin timbul, jauh dari ketidakleluasaan atas kontrak pekerja formal; jam tetap kantoran dan kebijakan cuti yang kaku.


Di Jakarta, seperti halnya di seluruh Indonesia, perempuan memainkan peran aktif dalam perekonomian informal, dan sejauh ini merupakan satu-satunya penyedia peluang penghasilan terbesar. Mulai dari menjalankan restoran atau toko kecil, usaha rumahan, menjaga kios pasar, menjual suplemen tradisional, menawarkan layanan seperti perbaikan tekstil, binatu, pijat, ojek atau mendukung bisnis anggota keluarga mereka yang lain, hambatan masuk yang rendah berarti wanita lebih sering dihargai untuk keterampilan dan inisiatif bisnis mereka. Seiring dengan perubahan sikap terhadap partisipasi perempuan dalam pekerjaan secara bertahap, semakin sering terjadi bahwa perempuan pindah ke profesi yang secara tradisional dikaitkan dengan laki-laki, termasuk kesempatan kerja di bidang transportasi umum, di mana sekali lagi fleksibilitas pekerjaan informal sering lebih menarik daripada alternatif lain di sektor formal.


Dari para wanita yang diwawancarai oleh RRJ, tidak ada yang menyebutkan bahwa mereka dipaksa atau ditekan untuk bekerja. Sebaliknya, semua mengatakan bahwa mereka melakukannya atas kehendak bebas mereka sendiri, sebagai cara mendukung keluarga mereka dan menambah penghasilan suami mereka. Usaha mikro memberdayakan perempuan untuk memaksimalkan potensi produktif mereka, mempertahankan peran sentral mereka dalam kehidupan keluarga dan mengamankan aliran pendapatan alternatif jika masa sulit muncul. Meski penuh tantangan, mereka menyampaikan rasa bangga karena berhasil menyeimbangkan kehidupan keluarga dengan tuntutan usaha. Mereka tidak hanya memainkan satu, tetapi dua peran penting dalam rumah tangga secara bersama-sama.


Partisipasi perempuan dalam ekonomi informal bukanlah tanpa masalah. Seringkali mereka berada pada situasi keselamatan tempat kerja yang tidak memadai, tanpa asuransi, tanpa perawatan kesehatan, perlindungan hukum dan hak-hak pekerja lainnya. Namun, meski penuh tantangan dan masalah, bagi banyak perempuan, sektor informal merupakan satu-satunya pilihan yang layak untuk pemberdayaan ekonomi ketika dihadapkan dengan ketidaksetaraan gender struktural. Alih-alih menargetkan atau mencoba untuk menghapus ruang-ruang informal, kita seharusnya bertanya kepada diri kita sendiri mengapa perempuan seringkali tidak dapat mengakses peluang kerja di tempat lain. Jika pekerjaan di sektor formal adalah tujuan akhir, lalu apa masalahnya sehingga saat ini sektor formal jelas-jelas gagal memenuhi kebutuhan begitu banyak orang?


Dengan mengandalkan jejaring sosial dan ikatan kekeluargaan, perempuan mengatasi tantangan pekerjaan informal dan memenuhi peran vital tidak hanya dalam keluarga mereka masing-masing, tetapi juga masyarakat luas. Ketimpangan gender secara ekonomi hanya bisa diatasi dengan mulai mengakui dedikasi dan peran penting perempuan untuk 'pekerjaan reproduksi' dalam kebijakan ekonomi dan perencanaan di tingkat nasional. Sampai saat itu, ekonomi informal menyediakan satu-satunya ruang di mana mereka setidaknya cukup bebas untuk memaksimalkan potensi ekonomi dan sosial mereka.


10 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page