"Cobalah yang membuat peraturan terkait penghasilan
supir ojek online itu mencoba rasanya menjadi supir
ojek online setidaknya seminggu, supaya tahu apa
yang harusnya dilakukan"
Kalimat tegas tersebut diucapkan oleh beberapa
kawan supir ojek online yang kami wawancara di sela-
sela waktu istirahat mereka.
Terlepas dari kontroversi terkait regulasi yang
Terlepas dari kontroversi terkait regulasi yang
diterapkan oleh pemerintah terhadap perusahaan
transportasi online, dan juga regulasi yang dibuat
oleh perusahaan tersebut terhadap ribuan "mitra"
pengendara dan konsumennya, bait kalimat
wawancara diatas merangkum sebuah masalah
fundamental dalam proses pengambilan kebijakan di
Jakarta, atau Indonesia saat ini; pembuat aturan dan
penerima aturan hidup dalam dunia yang berbeda.
Contoh sederhana, bukankah seorang menteri
yang menangani masalah transportasi umum
menggunakan mobil dinas dengan plat nomor khusus
dan pengawalan petugas yang membuat dunianya
imun dari kebijakannya sendiri tentang transportasi
umum ? Apakah seorang CEO perusahaan transportasi
onli e juga menjalani kesehariannya sebagai supir ojek
dari perusahaan yang dikelolanya ? Apakah pemilik
perusahaan properti mau membeli dan tinggal di
perumahan yang dibuatnya ?
Mengapa ada jarak yang sangat jauh antara pembuat
kebijakan dengan mereka yang terkena dampak
kebijakan tersebut ? Mungkinkah para supir ojek itu
memiliki kesempatan untuk merumuskan kebijakan-
kebijakan terkait hajat hidup mereka sendiri ? Secara
swadaya, swakarya dan swasembada ?
Setidaknya, dalam sebuah ruang sosial berupa
warung kopi, beberapa puluh meter dari pintu masuk
stasiun manggarai, mengelilingi sebuah meja kecil
stasiun manggarai, mengelilingi sebuah meja kecil
yang dilengkapi beberapa colokan listrik, puluhan
supir ojek online membentuk komunitas bernama
"basecamp" yang menyediakan solusi-solusi praktis
bagi permasalahan yang mereka hadapi : ruang tunggu
yang teduh dan nyaman ketika harus menunggu
calon penumpang, pasokan makanan dan minuman
guna mencegah kelaparan, aliran listrik untuk mengisi
ulang batre gawai dengan harga terjangkau, serta
keberadaan kawan-kawan.
Sebuah ruang yang nyata, namun tidak diakomodasi
keberadaannya dan tertera dalam segala macam
rancangan desain dan tata ruang kawasan stasiun
manggarai yang maketnya terpajang kaku di sebuah
pojok stasiun manggarai yang ramai.
Narasumber wawancara : salah satu komunitas ojek
online di halaman stasiun manggarai, diantaranya
adalah Bpk. Zaini (foto profil).
Comments